Cerita Sinopsis Film Cinta di Saku Celana

Sebentar lagi film indonesia layar lebar aka segera hadir dengan judul Film Cinta di sakua Celana di kota tedekat anda, film yang banyak dibintangi oleh artis terkenal dan papan atas ini diprediksi akan menuai kesussesan dari film film sebelumnya. Nah untuk itu silakan anda simak ceritanya dibawah ini :

Jakarta - Karya film panjang kedua sutradara muda Fajar Nugros 'Cinta di Saku Celana' dibuka dengan adegan yang sadis namun sangat lucu. Seorang perempuan berkata dengan wajah dan nada yang dingin, "Panti asuhan ini akan tutup karena bangkrut dan mulai besok kamu akan mencari makan sendiri di jalanan!"

Kamera lalu menyorot wajah bocah lelaki yang sedih dan pasrah. Perempuan sadis tadi kemudian menyodorkan beberapa peralatan, dan si bocah diminta memilih. Untuk bekal hidup di luar sana. Alkisah, si bocah memilih palu. Kita mungkin akan mengira, itu palu hakim. Ternyata?



Setelah adegan pembuka yang rada-rada sureal itu, kita kemudian diajak memasuki kehidupan dewasa bocah tadi, bernama Ahmad (Donny Alamsyah), yang telah menjadi pegawai kantor pos. Hari-harinya sunyi dan sangat membosankan. Berangkat kerja naik KRL, naksir cewek yang duduk di bangku seberang, namun tak berani mengungkapkan. Dan, hal itu kemudian menjadi problem utama yang membangun alur film ini.

Apa yang (masih) bisa kita harapkan dari premis yang seklise itu? Diangkat dari cerita pendek karya Nugros sendiri, dengan skenario yang dikembangkannya sendiri juga, premis itu ternyata tak dikembangkan secara linear. Dengan gaya komedi, Nugros memberi kejutan kepada penonton dengan cerita yang melompat-lompat seenaknya.

Ahmad yang awalnya adalah seorang pegawai kantor pos, dengan seorang sahabat Gifar (Dion Wiyoko) yang setia mendampingi dan mendengar keluh kesahnya, pada bagian tengah berubah menjadi tokoh yang tak terlalu nyata. Demikian juga objek cinta Ahmad, gadis cantik bernama Bening (Joanna Alexandra) dalam perkembangannya berubah menjadi Cinta, sosok simbolis, yang merupakan "proyek" cinta dari Ahmad, dan pria-pria yang kemudian muncul, dari Gubeng (Ramon Y Tungka) si pencopet, bandar narkoba Roy (Gading Martin), hingga Bagas (Lukman Sardi) sang kepala polisi.

Karena ini film dan bukan cerpen, maka pembelokan ke nuansa simbolis-filosofis itu terasa meninggalkan banyak lubang. Hiruk-pikuk tokoh-tokoh yang datang dan pergi jadi tak memberi kesan 'hidup', dimunculkan begitu saja, dijejalkan di tengah untuk melanjutkan cerita, dan Roy adalah yang paling "nggak logis" di sini. Dan, karena berbahan dasar cerpen, terasa sekali Nugros berkali-kali mengatasi kesinambungan cerita agar menjadi panjang dengan adegan-adegan yang tak menyumbang keutuhan alur secara keseluruhan.

Di luar itu, film ini cukup mudah disukai karena unsur-unsur setting-nya, seperti kantor pos, kawasan senggol-bacok Senen lengkap dengan bioskop Grand-nya yang bobrok, plus romantika urban KRL. Semua itu menjadi panggung bagi Nugros untuk bermain-main dan bereksperimen dengan cinta, dengan ramuan ala detektif yang cukup membangkitkan rasa ingin tahu kita. Dengan segala bolong-bolongnya, film ini mampu memaku penonton di tempat duduk dan mengikutinya sampai akhir, dengan sesekali menebak-nebak, dengan mood yang gembira.

Saksikanlah film cinta di saku celana dibioskop kesayangan anda, karena jika anda tidak melihat akan sangat rugi dan saya ucapkan selamat menyaksikan.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.